Prosespemijahan ditandai dengan terlihatnya telur di bagian abdomennya. Ketika lobster betina telah bertelur, lobster jantan harus dikembalikan ke kolam asalnya sebelum dipijah. Sedangkan lobster betina yang bertelur dipindahkan ke lokasi pembenihan lobster atau tempat pengeraman. 4. Proses Pembenihan Lobster Air Tawar. 1.
setelahkurang lebih dua minggu, maka si telur pun siap untuk menetas .. itu terlihat dari telur sudah terlihat banyaknya bintik hitam di telur (mata anak lobster) tidak lama dari itu maka si telur pun berubah bentuk dari bulat hingga menjadi lobster-lobster kecil yang lucu dan imut, namun masih terbungkus cairan berlendir yang terdapat dalam perut si induk. dihari selanjutnya maka si anak udang pun akan dilepas oleh induknya secara berurutan untuk mencari makan sendiri-sendiri, namun
Jikatanda jantan sudah muncul, lobster sudah siap kimpoi dengan lobster betin. 3. Memilih Indukan Bagus. Sumber Foto: carabudidaya.co.id. Untuk menghasilkan lobster air tawar yang baik, Anda harus menyeleksi indukan yang tepat. Indukan yang pas dijadikan induk berumur 5-8 bulan dengan ukuran minimal 4 inci (10 cm).
Sanksitergantung jaksa dan pembuat acara. Minimal penjara 3 tahun dan denda Rp150 juta.
.
petunjuk teknis pelepasliaran lobster Panulirus spp. Figures - uploaded by Danu WijayaAuthor contentAll figure content in this area was uploaded by Danu WijayaContent may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free PETUNJUK TEKNIS PELEPASLIARAN LOBSTER Panulirus spp. PUSAT KARANTINA IKAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2018 ii PETUNJUK TEKNIS PELEPASLIARAN LOBSTER Panulirus spp. Pengarah Kepala Pusat Karantina Ikan Penanggung Jawab Kepala Bidang Operasi Karantina dan Keamanan Hayati Editor Totong Koordinator Jumadi Penyusun Ngurah Nyoman Wiadnyana Danu Wijaya Rd. Ferry Ichwan P. Risman Ferdiansyah Sri Retnoningsih Yeni Anggraeni Atit Wistati Awliya Prama Arta Adang Supardan ISBN 978-602-53781-3-3 Diterbitkan oleh Pusat Karantina Ikan Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu Dan Keamanan Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan Gedung Mina Bahari II Lantai 7 Jalan Medan Merdeka Timur No. 16 Jakarta Pusat, 10110 2018 iii KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga Petunjuk Teknis Juknis Pelepasliaran Lobster Panulirus spp. dapat diselesaikan. Juknis ini disusun berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 56/PERMEN-KP/2016 tentang Larangan Penangkapan dan/atau Pengeluaran Lobster Panulirus spp., Kepiting Scylla spp., dan Rajungan Portunus spp. dari Wilayah Negara Republik Indonesia khususnya Pasal 7 ayat 2 yang menyatakan bahwa setiap orang yang menangkap Lobster Panulirus spp. wajib melepaskan Lobster Panulirus spp. yang masih dalam keadaan hidup, serta dalam kondisi bertelur dan berukuran panjang karapas dibawah 8 delapan cm atau berat β€ 200 gram per ekor Juknis ini disusun dalam rangka memberikan acuan bagi UPT KIPM dan instansi terkait lainnya dalam melakukan Pelepasliaran Lobster Panulirus spp. sehingga hasil yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang memberikan bantuan dan saran sehingga penyusunan Juknis ini dapat berjalan dengan baik dan lancar. Kritik dan saran sangat kami harapkan untuk penyempurnaan Juknis ini di masa yang akan datang. Jakarta, November 2018 Kepala Pusat Karantina Ikan Dr. Riza Priyatna v DAFTAR ISI Hal. KATA PENGANTAR - iii DAFTAR ISI - v DAFTAR TABEL - vi DAFTAR GAMBAR - vii DAFTAR LAMPIRAN- ix BAB I. PENDAHULUAN - 1 Latar Belakang - 1 Tujuan - 2 Sasaran - 2 Ruang Lingkup - 3 Landasan Hukum - 3 Definisi/Istilah - 4 BAB II. BIOLOGI DAN LINGKUNGAN HIDUP LOBSTER - 6 Klasifikasi - 6 Morfologi - 6 Ciri-ciri Lobster Jantan dan Betina - 10 Habitat - 14 Siklus Hidup - 16 BAB III. JENIS-JENIS LOBSTER Panulirus spp. - 19 Lobster Pasir Panulirus homarus - 19 Lobster Batik Panulirus longipes - 20 Lobster Mutiara Panulirus ornatus - 21 Lobster Batu Panulirus penicilatus - 23 Lobster Lumpur/Pakistan Panulirus polyphagus - 24 Lobster Bambu Panulirus versicolor - 25 BAB IV. PENANGANAN LOBSTER SEBELUM PELEPASLIARAN - 27 Persiapan Sarana dan Prasarana- 28 Wadah Tempat Perawatan - 28 Pelindung Shelter - 30 Ketersediaan Media Air - 31 Perawatan - 32 Benih Lobster - 32 Lobster Muda dan Bertelur - 33 vi Pengemasan dan Pengangkutan - 37 Benih Lobster - 37 Lobster Muda dan Bertelur - 38 BAB V. PELAKSANAAN PELEPASLIARAN - 40 Pemilihan Lokasi Pelepasliaran - 40 Cara Pelepasliaran - 41 BAB VI PELAPORAN - 44 DAFTAR PUSTAKA - 45 vii DAFTAR TABEL Hal. Tabel 1. Tahap Perkembangan Telur Lobster - 13 Tabel 2. Jenis dan habitat lobster di Indonesia - 15 Tabel 3. Kisaran Parameter Kualitas Air yang Optimal untuk Lobster - 32 Tabel 4. Ciri-Ciri Fisik Lobster Sehat, Stres dan Mati - 34 viii DAFTAR GAMBAR Hal. Gambar 1. Morfologi benih lobster Panulirus spp. fase puerulus - 8 Gambar 2. Morfologi lobster Panulirus spp. - 9 Gambar 3. Ciri-ciri jenis kelamin lobster jantan dan betina - 12 Gambar 4. Lobster bertelur. A= lobster batik P. longipes; B = lobster batu P. penicillatus di Perairan Prigi. - 14 Gambar 5. Siklus hidup lobster Panulirus homarus - 17 Gambar 6. Lobster pasir Panulirus homarus - 20 Gambar 7. Lobster Batik Panulirus longipes - 21 Gambar 8. Lobster mutiara Panulirus ornatus - 22 Gambar 9. Lobster batu Panulirus penicillatus - 24 Gambar 10. Lobster lumpur/pakistan Panulirus polyphagus - 25 Gambar 11. Lobster bambu Panulirus versicolor - 26 Gambar 12. Bak Filter - 29 Gambar 13. Bak tandon air laut dan air tawar - 30 Gambar 14. Pelindung shelter - 31 Gambar 15. Kondisi benih lobster yang sehat - 35 Gambar 16. Kondisi lobster mati - 35 Gambar 17. Pengemasan benih lobster - 38 Gambar 18. Pengemasan lobster dewasa - 39 ix DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lokasi KKPN DAN KKPD untuk Pelepasliaran Lobster Panulirus spp. - 47 Lampiran 2. Format Berita Acara Pelepasliaran Lobster Panulirus spp. - 57 Lampiran 3. Laporan Pelaksanaan Pelepasliran Lobster Panulirus spp. - 58 I. PENDAHULUAN Latar Belakang Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menerbitkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 56/PERMEN-KP/2016 tentang Larangan Penangkapan dan/atau Pengeluaran Lobster Panulirus spp., Kepiting Scylla spp., dan Rajungan Portunus spp. dari Wilayah Negara Republik Indonesia. Peraturan tersebut diantaranya mengatur tentang ukuran yang boleh ditangkap, sebagaimana Pasal 7 ayat 1 bahwa setiap orang dilarang menjual benih lobster untuk budidaya dan ayat 2 bahwa setiap orang yang menangkap Lobster Panulirus spp. wajib melepaskan Lobster Panulirus spp. yang masih dalam keadaan hidup, serta dalam kondisi bertelur dan berukuran panjang karapas dibawah 8 cm atau berat β€ 200 gram per ekor. Berdasarkan Permen-KP Nomor 56 Tahun 2016 tersebut telah dilakukan pengawasan di ditempat-tempat pemasukan dan pengeluaran seperti bandara dan pelabuhan yang ditetapkan, sesuai Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 76/KEPMEN-KP/2018 tentang Tempat Pemasukan dan Pengeluaran Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan. Disamping itu dilakukan pula di serta sentra-sentra penangkapan lobster. Pengawasan dilakukan oleh petugas karantina ikan dengan melibatkan pengawas perikanan, POLRI, dan pihak-pihak terkait. Pada tahun 2017 BKIPM telah menggagalkan pengeluaran benih lobster sebanyak ekor senilai Rp lobster under size sebanyak 739 kg senilai Rp dan lobster bertelur sebanyak 171 kg senilai Rp BKIPM, 2017. Kegiatan pelepasliaran lobster Panulirus spp. hasil penindakan karantina diharapkan dapat menambah pengayaan dan pemulihan populasi lobster di alam sesuai dengan potensi sumber daya ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan negara Republik Indonesia WPP-NRI. Untuk menjamin keberlangsungan hidup lobster yang dilepasliarkan perlu penanganan secara baik, terutama pada tahap persiapan dan pelaksanaan pelepasliaran. Sehubungan dengan hal tersebut perlu adanya Petunjuk Teknis Pelepasliaran Lobster Panulirus spp.. Tujuan Tujuan penyusunan Petunjuk Teknis ini adalah untuk memberikan petunjuk tata cara pelepasliaran lobster Panulirus spp. mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan dan pelaporan. Sasaran Sasaran pengguna Petunjuk Teknis ini adalah Petugas Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan KIPM, instansi terkait, pemerintah daerah, Kelompok Masyarakat Pengawas POKMASWAS dan masyarakat. Ruang Lingkup Ruang lingkup Petunjuk Teknis ini meliputi 1. Klasifikasi, Morfologi, Habitat dan Siklus Hidup Lobster 2. Pemilihan Lokasi Pelepasliaran Lobster 3. Pengangkutan / Transportasi Lobster 4. Teknik Pelepasliaran Lobster 5. Peran Serta Masyarakat, dan 6. Pelaporan Landasan Hukum Landasan hukum penyusunan Juknis ini adalah sebagai berikut 1. Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1990 tentang Pelestarian Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya; 2. Undang-Undang RI Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan; 3. Undang-Undang RI Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang Karantina Ikan; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumberdaya Ikan; 6. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 05/MEN/2005 tentang Tindakan Karantina Ikan untuk Pengeluaran Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina; 7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 56/PERMEN-KP/2016 tentang Larangan Penangkapan dan/atau Pengeluaran Lobster Panulirus spp., Kepiting Scylla spp., dan Rajungan Portunus spp. dari Wilayah Negara Republik Indonesia. Definisi / Istilah perut lobster yang terdiri dari 6 segmen yang terlihat dengan pelengkapnya termasuk kipas ekor. Pelengkap dari kepala, terdiri dari tiga pangkal dan dua flagela. Disebut sebagai antena pertama. Pelengkap dari kepala, terdiri dari lima segmen pangkal dan flagela. Fase setelah fase larva dimana berbentuk transparan, belum makan dari luar dan bergerak melayang, masih dipengaruhi arus dan gelombang laut. Lubang genital pada invertebrata cangkang keras yang melindungi organ dalam lobster dengan panjang karapas 50%, tipe perairan merupakan perairan semi terbuka/teluk dengan sirkulasi baik, kedalaman perairan 5-10 m, kecerahan 3-5 m, sirkulasi massa air/kecepatan arus 20-50 cm/detik, salinitas 28-32 ppt, suhu perairan 280-300 C, pH 7,8-8,5, dan Oksigen terlarut >5mg/L. Lokasi pelepasliaran diprioritaskan berada di kawasan konservasi atau dapat berada di luar kawasan konservasi yang memiliki karakter sama dengan habitat alami lobster. Beberapa lokasi yang berpotensi sebagai lokasi pelepasliaran lobster adalah Kawasan Konservasi Perairan Nasional KKPN dan Kawasan Konservasi Perairan Daerah KKPD yang saat ini telah dikelola oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan sepanjang memenuhi persyaratan teknis dapat dilihat pada Lampiran 1. 5. 2. Cara Pelepasliaran Lobster yang akan dilepasliarkan harus melalui tahapan prakondisi dan aklimatisasi terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan agar jenis lobster yang akan dilepasliarkan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan perairan baru sehingga tingkat kelangsungan hidupnya tinggi. Penyesuaian terhadap lingkungan ini biasanya berkaitan erat dengan suhu air dan salinitas. Suhu sangat berpengaruh dalam proses adaptasi saat penebaran benih, oleh karena itu penebaran benih harus dilakukan pada saat suasana teduh, yaitu di pagi hari dimana kondisi gelombang dan arus air laut juga sedang tenang. Sebelum benih lobster ditebar, benih perlu diadaptasikan dengan cara aklimatisasi suhu penyesuaian suhu terlebih dahulu sebelum dilepas ke laut. Lobster yang dikemas dalam kantong plastik beroksigen, terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi. Proses aklimatisasi dengan cara mengapungkan kantong plastik yang berisi lobster diatas permukaan air. Hal ini dimaksudkan agar suhu dalam kantong plastik mencapai kisaran dengan suhu air di lokasi pelepasliaran. Setelah itu, lobster ditebarkan dengan cara membuka kantong plastik dan melepas lobster secara perlahan. Cara pelepasliaran yang benar dapat memperkecil resiko mortalitas kematian lobster yang dilepasliarkan, baik sebagai akibat predasi oleh predator atau akibat kompetisi. Tiga cara tebar yang dapat digunakan berdasarkan luas wilayah perairan, yaitu a. tebar spot, yaitu pelepasliaran seluruh lobster di satu titik di kawasan yang telah ditentukan, teknik ini dilakukan pada wilayah perairan yang tidak terlalu luas. b. tebar scatter yaitu pelepasliaran lobster di lebih dari satu titik di dalam satu kawasan perairan, teknik ini dilakukan untuk kawasan perairan yang cukup luas. c. tebar trickle yaitu pelepasliaran yang dilakukan beberapa kali selama periode tertentu di salah satu kawasan perairan, teknik ini dilakukan untuk wilayah perairan yang luas dan sifat perairannya tidak banyak berubah dari waktu ke waktu. VI. PELAPORAN Laporan kegiatan dibutuhkan untuk mendokumentasikan kegiatan pelepasliaran. Laporan juga berfungsi sebagai bentuk pertanggungjawaban kegiatan terhadap instansi terkait lainnya. Laporan dibuat secara tertulis dalam bentuk laporan teknis serta dapat memberikan informasi yang padat, sistematik dan terarah mengenai proses pelepasliaran lobster dari mulai persiapan sampai dengan pelaksanaan. Disamping itu pada pelaporan perlu dilampirkan berita acara pelepasliaran sebagaimana terlampir dalam Lampiran 2. Pelaporan dibuat setelah kegiatan pelepasliaran tersebut, dan disampaikan kepada atasan pelaksana pelepasliaran. Laporan hasil pelaksanaan pelepasliaran lobster mengikuti format pelaporan yang umum sebagaimana terlampir dalam Lampiran 3. DAFTAR PUSTAKA Berry, P. F. 1971. The biology of the spiny lobster Panulirus homarus Linneaus off the east coast of Southern Africa. Oceanographic Research Institute, Durban. Invest. Rep. No. 28. 75 pp. BP2KSI. 2015. Ecological Assessment untuk Restocking Benih Lobster di Kawasan Konservasi Perairan Indonesia. Laporan Teknis. Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan. Chan, 1998. Lobsters. In Carpenter, & Niem, eds. FAO species identification guide for fishery purposes. The living marine resources of Western Central Pacific. Volume 2. Chepalopods, crustaceans, holothurians and sharks. FAO. Rome. pp. 973-1043. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta, 258 hlm. Ghory, Kasmi, Akhtar, A., Roohi, Z., & Bano, H. 2005. Some developmental stages of spiny lobsters collected from the northern arabian sea. Pakistan Journal of Marine Science 142, 145-156. Holthuis, 1991. FAO species catalogue. Vol. 13. Marine lobsters of the world. An annotated and illustrated catalogue of species of interest to fisheries known to date. FAO Fisheries Synopsis. No. 125, Vol. 13. Rome, p. Kalih, 2012. Keragaman Serta Distribusi Lobster Anggota Palinuridae dan Scyllaridae di Perairan Pantai Pulau Lombok. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Kartamiharja, & Satria, F. 2016. Petunjuk Teknis Pengkayaan Stok Stock Enhancement dan Rehabilitasi Habitat Lobster Panulirus spp. Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan. 39 hlm. Nurfiarini, A & Purnamaningtyas, 2017. Pencatatan kedua dan beberapa aspek biologi lobster batik merah Panulirus longipes femoristriga Von Martens, 1872 yang ditangkap di Teluk Sepi, Lombok Barat. J. Lit. Perikan. Ind. 223, 141-152. Philips, and George. 1980. General Biology. The biology and Management of Lobster. Edt. and Phillips. Academic Press. New York 1 2-72. Sukamto, Muryanto, T. & Kuslani, H. 2017. Teknik identifikasi jenis kelamin lobster berbasis ciri-ciri morfologi. Buletin teknisi litkayasa 152, 99-102. LAMPIRAN 1. LOKASI KKPN DAN KKPD UNTUK PELEPASLIARAN LOBSTER Panulirus spp. Kawasan Konservasi Laut Daerah Perairan Pulau Pinang, Siumat dan Simanaha Pisisi Kawasan Konservasi Laut Daerah Kab. NAD Jaya Kawasan Konservasi Daerah Kawasan Bina Bahari Kawasan Konservasi Perairan Pesisir Timur Pulau Weh Kota Sabang II. Provinsi Sumatera Utara Kawasan Konservasi Laut DaerahSerdang Bedagai sebagian P. Berhala, P. Sokong Nenek dan Siembah Kawasan Konservasi Laut Daerah Tapanuli Tengah Kawasan Konservasi Laut Daerah Nias Selatan Kawasan Konservasi Perairan Daerah Nias Utara III. Provinsi Sumatera Barat Sungai Batang Pelangai Sebagai Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan β Konservasi Terumbu Karang dan Kawasan Wisata bahari Pulau Ujung, Pulau Tangah dan Pulau Angso; β Konservasi Penyu dan Kawasan Wisata Bahari Pulau Kasiak Kawasan konservasi perairan payau Jorong Maligi Kawasan Konservasi Laut Daerah Kep. Mentawai lokasi Desa Saibi Samukop,Saliguma dan desa Katurai Kawasan Konservasi Suaka Alam Perairan Batang Gasan Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Sebagai Taman Pulau Kecil Kota Padang Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kab Agam Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kab Solok Kawasan Suaka Perikanan Ikan Terubuk Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kab. Bungo Kawasan Suaka Perikanan Arwana Kutur Kawasan Konservasi Laut Daerah Kaur Linau,Merpas, dan Sekunyit Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Mukomuko Kawasan Konservasi Perairan di Kec. Enggano Kab Bengkulu Utara Kawasan konservasi perairan, pesisir dan pulau-pulau kecil KKP3K - taman pesisir ngambur dan taman Pulau Betuah Taman Wisata Perairan Teluk Kilauan Taman Pulau Batang Segama VIII. Provinsi Bangka Belitung Taman Wisata Perairan Gugusan Pulau-pulau Momparang dan Laut Sekitarnya Daerah Perlindungan Laut Kabupaten Bangka Barat Kawasan konservasi Perairan kab Belitung Daerah Perlindungan Laut Kabupaten Bangka Selatan Kawasan Konservasi Perairan Laut Daerah Kabupaten Bangka Tengah IX. Provinsi Kepulauan Riau Kawasan Konservasi laut Daerah Bintan Marine Management Area Coremap Batam Kawasan Konservasi Laut Natuna Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Natuna Kawasan Konservasi Perairan Daerah Lingga Taman Wisata Kepualauan Anambas Kawasan Konservasi Laut Daerah Pandeglang Pulau Biawak dan sekitarnya sebagai kawasan konservasi wisata laut Kawasan Konservasi Laut Daerah Ciamis Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil KKP3K Kabupaten Sukabumi dengan status Taman Pesisir XII. Provinsi Jawa Tengah Kawasan Konservasi Laut Daerah Pantai Ujungnegoro β Roban Kawasan Konservasi Perairan Karang Jeruk, Tegal Suaka Perikanan Waduk Malahayu dan Waduk Penjalin Kawasan Taman Pulau Kecil Pulau Panjang Kab Jepara Suaka Alam Perairan Kabupaten Gunungkidul Kawasan Konservasi Taman Pesisir Di Kabupaten Bantul Kepulauan Sepanjang dan Sekitarnya sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah Taman Wisata Pasir Putih Kabupaten Situbondo Kawasan Konservasi Perairan Daerah Pasuruan Taman Pulau Kecil, P. Kedung, P. Watu, P. Pandansari Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida Taman Wisata Perairan Buleleng Kawasan Konservasi Perairan Jembrana Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Karangasem XVI. Provinsi Nusa Tenggara Barat Taman Wisata Perairan Gili Sulat dan Lawang Taman Wisata Perairan Gili Tangkong, Gili Nanggu dan Gili Sundak Taman Wisata Perairan Teluk Bumbang Taman Pulau Kecil Gili Balu dan Taman Pesisir Penyu Tatar Sepang Taman Pulau Kecil Pulau Keramat, Bedil dan Temudong Taman Pesisir Penyu Lunyuk Taman Wisata Perairan Pulau Liang dan Pulau Ngali Suaka Alam Perairan Teluk Cempi Taman Wisata Perairan Gili Banta TWP Gili Ayer, Gili Meno, Gili Trawangan XVII. Provinsi Nusa Tenggara Timur Kawasan Konservasi Laut Daerah Selat Pantar Suaka Alam Perairan Kabupaten Flores Timur Kawasan Konservasi Perairan Laut Kabupaten Sikka Suaka Perikanan Perairan Pulau Lembata, Daerah Perlindungan Adat Maritim Tanjung Atadei dan Teluk Penikenek, Suaka Pulau Kecil Perairan Laut Pulau Komba XVIII. Provinsi Kalimantan Barat Bengkayang - Pulau Randayan Kawasan Konservasi Laut Daerah Bengkayang Pulau Randayan dan pulau-pulau sekitarnya Taman Pulau Kecil Kendawangan XIX. Provinsi Kalimantan Tengah Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kotawaringin Barat XX. Provinsi Kalimantan Selatan Kawasan Konservasi dan Wisata Laut Pulau Laut Barat-Selatan dan P. Sembilan Kawasan PerlindunganLaut Daerah Kab. Tanah Bumbu XXI. Provinsi Kalimantan Timur Kawasan Konservasi Taman Pesisir dan Taman Pulau Kecil Kepulauan Derawan dan Perairan sekitarnya Kawasan Konservasi Perairan Wilayah Pesisir Dan Laut Kota Bontang XXII. Provinsi Kalimantan Utara kawasan pelestarian plasma nuftah flora dan fauna pesisir tanjung cantik dan sekitarnya kecamatan nunukan kawasan konservasi flora dan fauna muara gugusan pulau sinelak kecamatan nunukan Kawasan Konservasi Perairan Daerah di desa setabu kec. Sebatik barat XXIII. Provinsi Sulawesi Utara Kawasan Konservasi Laut Daerah Kab. Minahasa Selatan Kawasan konservasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil kota bitung Kawasan Taman Wisata Perairan Kab Minahasa Utara Kawasan Konservasi Perairan Daerah Minahasa Kawasan Konservasi Taman Pulau Kecil Kepulauan Tatoareng dan Perairan sekitarnya Kawasan Konservasi Laut Daerah Desa Olele Kawasan Konservasi Perairan Daerah Boalemo KKPD Gorontalo utara - perairan pulau mohinggito desa ponelo kecamatan ponelo XXV. Provinsi Sulawesi Tengah Kawasan Konservasi Laut Daerah Banggai Kepulauan pulau Tolobundu, P. Bandang Besar, P. Makaliu, P. Maringkih, P. Sonit, P. Banggai Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Banggai Kawasan Konservasi Perairan Daerah Teluk Tomini Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kab Morowali Taaman Wisata Perairan Libutan Sibitolu, Kab Toli-Toli Kawasan Konservasi Perairan Daerah Banggai Laut Kawasan Konservasi Perairan KKP Kabupaten Buol XXVI. Provinsi Sulawesi Barat Kawasan Konservasi Perairan Daerah Wilayah Pesisir Di Kabupaten Majene Kawasan Konservasi Perairan / Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Kabupaten Polewali Mandar Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kab. Mamuju XXVII. Provinsi Sulawesi Selatan Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Kawasan Konservasi Laut Daerah Pulo Pasi Gusung Kawasan Konservasi Laut Kabupaten Luwu Utara Kawasan Konservasi wilayah pesisir dan Pulau-pulau kecil Kab Barru Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Pangkep XXVIII. Provinsi Sulawesi Tenggara Kawasan Wisata Laut Selat Tiworo dan Pulau-pulau sekitarnya Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Bombana βTWP Suaka Perikanan Kabupaten Konawe Kawasan Konservasi Perairan Daerah Buton Taman wisata Perairan Kawasan Konservasi Perairan Daerah Muna - Taman wisata Perairan Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kolaka Utara - suaka perikanan Kawasan Konservasi Laut Daerah Buton Kawasan Konservasi Peraran - Taman Wisata Perairan Pulau Wawonii XXIX. Provinsi Maluku Utara Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kepulauan Guraici dan Laut Sekitarnya di Kab. Halmahera Selatan Kawasan Konservasi Perairan Daerah KKPD Kab. Pulau Morotai Suaka Pulau Kecil Kabupaten Halmahera Tengah β pulau Jiew Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kota Tidore Kelpulauan Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil KKP3K gugusan Pulau Widi sebagai Suaka Pulau Kecil Di kab Halmahera Selatan Kawasan Konservasi Perairan Kab Seram Bagian Timur Kawasan Konservasi Perairan Kab Maluku Tenggara Taman Wisata Pulau Baeer di dusun Duroa kecamatan Pulau Dullah Utara Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil KKP3K Taman Pulau Kecil Kawasan Konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil kepulauan lease Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku Kawasan Konservasi Perairan Pulau Ay-Pulau Rhun, Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku SAP Kepulauan Aru Tenggara XXXI. Provinsi Papua Barat β SAP Kepulauan Raja Ampat dan Laut di sekitarnya β SAP Kepulauan Waigeo sebelah barat dan laut disekitarnya β TWP Raja Ampat Kawasan Konservasi Laut Kaimana Kawasan Konservasi Perairan Daerah Tambrauw Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Biak Numfor LAMPIRAN 2. FORMAT BERITA ACARA PELEPASLIARAN LOBSTER Panulirus spp. BERITA ACARA PELEPASLIARAN Nomor - Pada hari ini .......... tanggal . .......... bulan .......... tahun .......... pukul .......... WIB, Saya .......... Pangkat/Gol. .......... / .......... NIP. .......... Jabatan .........., bersama-sama dengan .......... Pangkat/Gol. ........../ .......... NIP. .......... Jabatan .......... pada kantor tersebut diatas, telah melakukan pelepasliaran berupa .......... dengan ukuran .......... sebanyak .......... ekor, ..........* yang dilaksanakan di perairan .......... Dengan disaksikan oleh a. N a m a ................. Alamat ................... Pekerjaan ................... b. N a m a .................. Alamat .................. Pekerjaan .................. c. N a m a ................. Alamat ................. Pekerjaan ................. - Demikian Berita Acara Pelepasliaran ini dibuat dengan sebenarnya atas kekuatan sumpah jabatan, kemudian ditutup dan ditandatangani di .......... pada tanggal tersebut di atas. - ............................. ............................ .......................... ........................... ............................ ......................... KOP SURAT NAMA UPT ........................................ ALAMAT UPT ..................................... LAMPIRAN 3. LAPORAN PELAKSANAAN PELEPASLIARAN LOBSTER Panulirus spp. LAPORAN PELEPASLIARAN Nomor benih/induk/bertelur/dibawah ukuran* Nama tempat, Prov., Kab., Kec. Nomor Penahanan, Nomor Berita Acara Serah Terima Barang, Nomor Berita Acara Pelepasliaran Tempat, tanggal/bulan/tahun Kepala, Nama NIP. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this present study is based on zooplankton samples collected during a Cruise l of the NASEER Northern Arabian Sea Ecological and Environmental Research programme during 1992, b ONR Office of the Naval Research US project during 1993-1995, and c older samples of plankton housed in the Marine Reference Collection and Resource Centre, University of Karachi. The plankton was screened for the larval and postlarval stages of Pakistani lobsters, all found belonging to the genus Palinurus. The stages are described and SukamtoTri MuryantoHendra KuslaniLobster merupakan salah satu komoditas perikanan andalan Indonesia karenamempunyai nilai ekonomis penting, baik untuk pasar dalam negerimaupun luar negeri. Saat ini kebutuhan akan lobster masihmengandalkan hasil tangkapan dari laut. Lobster laut sangat beragam jenisnya dan mempunyaispesifikasi perkembangan dan habitat hidup longipes femoristriga atau lobster batik merah merupakan salah satu jenis tropical spiny lobster dari Famili Palinuridae yang jarang ditemukan di Perairan Indonesia. Untuk itu penting dilakukan pengamatan aspek biologi lobster batik merah ini dan sejarah penemuannya di perairan Indonesia. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan metode percobaan penangkapan dengan tangan dan bantuan kompresor. Beberapa analisis yang dilakukan antara lain analisis komposisi, kelas ukuran, kebiasaan makanan, analisis tingkat kematangan gonad dan fekunditas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan sejarah ditemukan, lobster batik merah P. l. femoristriga merupakan tropical spiny lobster dari kelompok Palinuridae dan merupakan salah satu sub varian dari lobster batik P. longipes. Jenis ini tercatat ditemukan di perairan Lombok sebagai lokasi ke empat di Indonesia setelah Perairan Sulawesi, Papua Barat, dan Ambon. Komposisinya di perairan menempati nilai prosentase bobot dan jumlah masing masing dalam kisaran 11,26-12,03 % dan 21,28- 22,5 %, berada di urutan ke empat setelah lobster batu, bambu dan batik. Struktur ukuran hasil tangkapan didominasi ukuran larang tangkap. Kebiasaan makanan dari lobster batik merah terdiri atas kelompok moluska jenis gastropoda dan bivalvia, krustasea jenis udang udangan dan kepiting serta makrofita. Fekunditas bekisar antara β butir dengan diameter telur berkisar antara 0,45-0,79 mm. Panjang karapas dan bobot pada saat pertama kali matang gonad masing-masing adalah 3,8 β 4,7 cm cm dan 66,12 β 106,45 gr. rata rata 87,58 gr.Panulirus longipes femoristriga or red batik lobster white-whiskered coral crayfish is one type of tropical spiny lobster from the Family of Palinuridae that is rarely found in Indonesian waters. It is important to observe the biological aspects of this red batik lobster and the history of its discovery in Indonesian waters. The research was carried out using a hand-held method of and compressor equipment. Several analyzes were performed, among others, composition analysis, class size, food habits, maturity level analysis of gonad and fecundity. The results showed that based on the history of the red batik lobster P. l. femoristriga tropical spiny lobster of one of sub variants of batik lobster P. longipes. This species recorded is found in the waters of Lombok as the fourth location in Indonesia after the waters of Sulawesi, West Papua, and Ambon. Its composition occupies precentage value of weight and number of each in the range of to and to respectively, ranked as fourth after rock, bamboo and batik lobsters. The size of the catch is dominated by the size of the ban. The food habit of red batik lobsters of mollusks gastropods and bivalves, crustaceans shrimps and crabs as well as macrophytes. Fecundity ranged between 8,332 - 66,076 eggs, with diameter ranging from to mm. The carapace length and weight at the first mature gonad ranged between - cm cm and - gr average gr, species identification guide for fishery purposes. The living marine resources of Western Central PacificT Y ChanChan, 1998. Lobsters. In Carpenter, & Niem, eds. FAO species identification guide for fishery purposes. The living marine resources of Western Central Pacific. Volume 2. Chepalopods, crustaceans, holothurians and sharks. FAO. Rome. pp. Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan PerairanH EffendiEffendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta, 258 lobsters of the world. An annotated and illustrated catalogue of species of interest to fisheries known to date. FAO Fisheries SynopsisL B HolthuisHolthuis, 1991. FAO species catalogue. Vol. 13. Marine lobsters of the world. An annotated and illustrated catalogue of species of interest to fisheries known to date. FAO Fisheries Synopsis. No. 125, Vol. 13. Rome, Serta Distribusi Lobster Anggota Palinuridae dan Scyllaridae di Perairan Pantai Pulau Lombok. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah MadaL A T T W S KalihKalih, 2012. Keragaman Serta Distribusi Lobster Anggota Palinuridae dan Scyllaridae di Perairan Pantai Pulau Lombok. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada, Teknis Pengkayaan Stok Stock Enhancement danE S KartamiharjaF SatriaKartamiharja, & Satria, F. 2016. Petunjuk Teknis Pengkayaan Stok Stock Enhancement danGeneral Biology. The biology and Management of LobsterB F PhilipsJ S CobbR W GeorgePhilips, and George. 1980. General Biology. The biology and Management of Lobster. Edt. and Phillips. Academic Press. New York 1 2-72.
- Crayfish/crawfish atau yang dikenal sebagai lobster air tawar merupakan salah satu jenis krustase yang memiliki ukuran dan bentuk tubuh hampir sama dengan lobster air air tawar Cherax Quadricarinatus merupakan salah satu genus yang masuk ke dalam kelompok udang air tawar Crustacea. Tubuh lobster dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kepala dada Chepalothoraks dan bagian badan Abdomen. Lobster air tawar tidak memiliki tulang dalam, namun seluruh tubuhnya terbungkus oleh cangkang. Kaki gerak pada thoraks mencakup mata, antenna, antenula, mulut, dan lima pasang kaki jenis ini memiliki keunggulan jika dibandingkan dengan lobster laut, yakni sudah dapat dibudidayakan dan teknik budidayanya lebih mudah daripada udang galah dan udang windu. Dikutip dari situs UGM, budidaya lobster air tawar memiliki prospek yang tinggi karena merupakan komoditas yang jarang dibudayakan. Cara pembudidayaan lobster air tawar juga relatif mudah bagi pemula air tawar dapat dipanen dengan berbagai macam ukuran untuk memenuhi kebutuhan pasar dengan harga berkisar antara β per kilogram. Sedangkan, untuk lobster budidaya dapat dijual baik dalam keadaan masih hidup maupun sudah diolah sesuai permintaan Budidaya Lobster Air Tawar Mengutip artikel "Teknik Budidaya Lobster Cherax Quadricarinatus Air Tawar di Balai Budidaya Air Tawar BBAT Tatelu" di Jurnal Budidaya Perairan Vol. 1, No. 1, 2013, berikut langkah-langkah budidaya lobster air tawar dari tahap awal hingga pemanenan benih. 1. Persiapan alat Bak pemijahan berukuran 6m x 1m x 4m Akuarium pengeraman dan penetasan telur berukuran 80cm x 40cm x 40cm Bak pemeliharaan benih berukuran 2m x 1m x 1m Selang Batu aerator Daun kelapa Pipa paralon berukuran ΒΎ inci Ember/baskom plastik Cyberscan water prooff D series 3. 2. Persiapan Bahan 225 ekor Induk lobster air tawar betina 53 ekor induk lobster air tawar jantan ekor benih per bak Pakan udang Garam dapur. 3. Persiapan Lahan Budidaya Bersihkan wadah pemijahan dengan mencuci dan keringkan wadah Β± 2 hari Membuat saluran air menggunakan pipa paralon PVC ΒΎ inci Memasang shelter berupa pila paralon dan daun kelapa, serta aerasi di setiap sudut kolam/wadah. 4. Menyeleksi Indukan Lobster Air TawarDengan menyeleksi indukan lobster air tawar yang baik, proses budidaya akan lebih maksimal. Berikut merupakan ciri-ciri indukan lobster air tawar yang baik untuk budidaya Ciri-ciri indukan Lobster air tawar yang siap dipijahkan yaitu berusia minimal 6 bulan, memiliki panjang minimal 10 cm, dan memiliki bentuk tubuh indukan betina dan indukan jantan yang ideal. Ciri-ciri indukan betina lobster air tawar yang baik yaitu kepala berukuran lebihh kecil daripada ukuran badan, memiliki berat rata-rata 64,73 gram, berusia minimal 4-7 bulan, dan memiliki alat kelamin normal yang berupa lubang pada pangkal kaki ketiga dari bawah untuk mengeluarkan telur. Ciri-ciri indukan jantan lobster air tawar yang baik yaitu memiliki kepala lebih besar daripada badan, berat lobster antara 62,79 gram, terdapat garis merah di capitnya, berusia 4-7 bulan, dan terdapat bercak merah pada capit sebelah luarnya yang menandakan bahwa lobster telah matang gonad atau siap kawin. 5. Pemijahan Induk Melakukan pemijahan induk secara masal dengan perbandingan 15 satu jantan berbanding lima betina Induk lobster yang lolos seleksi ditebar dalam kolam pemijahan berukuran 6m x1m x 4m Waktu pemijahan selama 2 minggu Setelah pemijahan berakhir, tahap selanjutnya yaitu pemanenan atau mengangkat induk yang bertelur Pemanenan induk bertelur sebaiknya dilakukan di pagi hari jam β WIB supaya lobster tidak stres. 6. Pengeraman dan Penetasan Telur Pengeraman telur lobster air tawar dilakukan secara individu di akuarium pengeraman berukuran 60xcm 40cm x40cm Induk bertelur dipindahkan dengan cara diangkat secara bersamaan dengan tempat persembunyiannya pipa paralon Lakukan dengan hati-hati supaya tidak mengganggu induk tersebut Pengeraman berlangsung 40- 47 hari sejak bertelur hingga penetasan 7. Pemeliharaan benih dan pemberian pakan Pemeliharaan dilakukan di bak beton berukuran 2 x 1 x 1 mΒ² dengan benih berjumlah 6000 ekor/bak Pakan yang diberikan berupa pelet udang dengan dosis 3% dari berat biomassa Lakukan pemberian pakan pada benih sebanyak 2 kali sehari Setelah berusia 1 minggu, beri pakan berupa cacing sutera segar dan daphina beku yang mengandung sumber protein dan lemak hewani Berikan juga tepung, kacang-kacangan untuk memenuhi kebutuhan protein dan karbohidrat yang berasal dari sumber nabati. 8. Pengukuran Kualitas Air Pengukuran kualitas air dilihat dari suhu, pH, dan DO Lobster air tawar dapat tumbuh dan hidup secara optimal pada suhu 26-30ΒΊC Pada habitat aslinya lobster air tawar hidup pada pH berkisar 6,7-7,8. Kemudian, lobster air tawar akan tumbuh dengan optimal pada oksigen terlarut DO berkisar > 3 β 5 mg/l. Lakukan pemeriksaan kualitas air sekali dalam seminggu. 9. Pencegahan Hama dan Penyakit Pasang saringan di tiap saluran air Untuk pencegahan hama, lakukan perendaman induk dalam garam dapur 10 gram yang telah dilarutkan Langkah di atas dilakukan sebelum induk dipijahkan. 10. Pemanenan BenihPanen dilakukan setelah benih lobster berumur 4 minggu sejak menetas. Pemanenan benih sebaiknya dilakukan pada pagi hari supaya lobster tidak stres. - Sosial Budaya Kontributor Yunita DewiPenulis Yunita DewiEditor Addi M Idhom
RumahCom β Budidaya lobster air tawar merupakan salah satu bentuk usaha yang sangat menggiurkan. Lobster air tawar dikenal sebagai salah satu produk kuliner yang memiliki rasa lezat dan sangat disukai oleh banyak orang. Karena peminat lobster air tawar yang sangat tinggi, Anda bisa mencoba untuk melakukan budidaya lobster air tawar sendiri dengan mudah! Supaya bisa membantu Anda, artikel kali ini akan membahas mengenai Panduan Cara Budidaya Lobster Air Tawar Memilih Lobster Air Tawar Cara Mengawinkan Lobster Air Tawar Proses Benih Lobster Air Tawar Persiapan Kolam Lobster Air Tawar Cara Perawatan Kolam untuk Lobster Air Tawar Cara Pembesaran Lobster Air Tawar Cara Memelihara Lobster Air Tawar Jenis dan Cara Pemberian Pakan Lobster Air Tawar Masa Panen Lobster Air Tawar 1. Panduan Cara Budidaya Lobster Air Tawar Siapa yang tidak suka menjalani bisnis dengan modal kecil namun mendapat untung yang menggiurkan? Nah, bisnis budidaya lobster air tawar merupakan salah satu bisnis yang berpotensi memberikan untung yang cukup besar. Mengingat harga lobster yang mencapai ratusan ribu per kilogramnya, maka tak heran bahwa budidaya lobster menjadi salah satu budidaya hewan ternak yang cukup menjanjikan. Budidaya lobster air tawar bisa dilakukan dalam skala kecil saja, dan tidak memerlukan tempat yang luas. Walaupun skalanya kecil, keuntungan yang diperoleh berpotensi tinggi. Melansir dari Freshwater Crayfish Farming β a guide to getting started , dalam membudidayakan lobster air tawar perlu memperhatikan pemilihan bibit, cara reproduksi lobster, kondisi kolam hingga pakan. Untuk lebih lengkapnya, berikut ini adalah panduan yang bisa Anda ikuti 1. Memilih Lobster Air Tawar Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memilih jenis lobster yang akan dikembangbiakan. Ada beberapa jenis lobster yang biasa dibudidayakan diantaranya adalah Red Claw Cherax quadricarinatus yang biasa hidup di rawa, danau dan sungai. Red Claw artinya capit merah, karena capitnya berwarna kemerahan. Jenis ini yang paling sering dibudidayakan di Indonesia. Red Swamp Crayfish Procambarus clarkii jenis lobster ini merupakan jenis lobster yang ukurannya relatif kecil dibandingkan lobster air tawar lainnya. Ukurannya mencapai 50 gram dalam 3 hingga 5 bulan. Yabby Cherax destructor merupakan sebuah jenis lobster besar yang beratnya bisa mencapai 400 gram per ekornya. Itulah beberapa jenis lobster air tawar yang bisa dikembangbiakan di negara tropis seperti Indonesia. Ketika memilih jenis, pastikan jenis lobster yang Anda pilih adalah bibit lobster yang unggul. Selain itu, pastikan asal usul bibit lobster yang akan Anda budidaya, apakah bibit itu berasal dari alam atau hasil budidaya. Lobster air tawar hasil tangkapan dari alam biasanya berwarna lebih kotor pada bagian bawah tubuhnya. Bibit lobster yang disarankan untuk dibudidaya adalah bibit lobster yang berasal dari hasil budidaya karena akan lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan budidaya daripada lobster air tawar hasil tangkapan dari alam, dan meminimalisir kematian lobster air tawar. 2. Cara Mengawinkan Lobster Air Tawar Untuk mengembangbiakan lobster air tawar, Anda perlu mempersiapkan indukan lobster terlebih dahulu. Paling tidak umur lobster indukan adalah 6 bulan, berukuran minimal 10cm, dan memiliki ukuran lobster jantan dan betina yang ideal. Berat indukan jantan dan betina yang ideal adalah sekitar 62 hingga 64 gram. Ciri khas indukan yang siap dikawinkan adalah memiliki bercak merah pada capitnya. Adapun proses mengawinkannya adalah sebagai berikut Menyiapkan tempat yang tersembunyi sesuai ukuran indukan jantan dan betina. Idealnya berukuran 20 cm pipa paralon. Namun, jika mengembangbiakan lebih dari sepasang indukan, ukuran tempat sembunyi yang disarankan adalah 3 hingga 5 ekor indukan per meter persegi. Tempat bersembunyi ini nantinya merupakan tempat para indukan untuk melepaskan telur dan sperma atau proses pemijahan. Biarkan lobster indukan di tempat pemijahan selama 2 sampai 3 minggu dengan tetap memberikan pakan yang seharusnya. Ketika tampak tanda-tanda lobster betina telah bertelur, lobster indukan jantan siap dikembalikan ke kolamnya semual sebelum dipijah, sedangkan lobster betina yang bertelur dipindahkan ke lokasi pembenihan lobster atau tempat pengeraman. 3. Proses Benih Lobster Air Tawar Ketika indukan betina sudah bertelur, pindahkan dengan hati-hati ke luar dari tempat persembunyiannya. Tempatkan di tempat yang sesuai dengan kehidupan lobster air tawar dan biarkan induk betina melakukan proses pengeraman telur selama 3 sampai 5 minggu. Telur yang berada di indukan betina pada awalnya berwarna karamel, lalu berubah menjadi kecoklatan. Selama beberapa hari kemudian telur tersebut menjadi berwarna merah keunguan seperti anggur. Kemudian telur tersebut berubah menjadi berwarna hitam dan mulai muncul organ benih-benih lobster yang menempel di indukan betina hingga akhirnya terlepas menjadi para benur. 4. Persiapan Kolam Lobster Air Tawar Kolam lobster yang akan digunakan untuk membesarkan benih lobster dikondisikan agar bersuhu 24 hingga 31 derajat celcius dan tingkat pH 6-8. Kolam yang disiapkan sebaiknya untuk 20 sampai 50 ekor per meter persegi. Usahakan untuk selalu memonitor suhu air di dalam kolam dengan menggunakan alat termometer. Perubahan suhu air yang terlalu drastis akan membuat lobster menjadi sulit untuk hidup, bahkan bisa mengalami kematian dengan cepat. 5. Cara Perawatan Kolam untuk Lobster Air Tawar Menjaga kebersihan kolam merupakan salah satu hal penting yang perlu dilakukan dalam membudidayakan lobster air tawar. Kolam lobster dapat dibuat dari kolam terpal maupun semen. Apapun bahan kolam itu, sebaiknya pastikan tidak ada bahan kimia yang mengkontaminasi air kolam. Setelah itu, cairan suplemen dimasukkan ke dalam air. Biarkan beberapa hari agar organisme alami muncul di dalam kolam. Walau begitu, air pada kolam harus diganti secara teratur dan pipa paralonnya harus dibersihkan juga sebanyak 2 hingga 3 hari sekali. Selain itu, berikan cairan suplemen sebanyak 6ml per meter persegi setiap 10 hari sekali. 6. Cara Pembesaran Lobster Air Tawar Setelah benih lobster menetas dari telur indukan, pisahkan benih menuju bak pembesaran benih yang sudah diberikan suplemen. Benih lobster atau benur yang sudah menetas ini kemudian diberikan pakan pelet lobster, cacing beku, cacing sutra sebanyak 3 persen dari berat lobster. Pemberian pakan sebaiknya dilakukan sebanyak dua kali sehari pada waktu yang sama supaya lobster tidak memiliki jam tubuh yang berantakan. 7. Cara Memelihara Lobster Air Tawar Dalam memelihara lobster air tawar, pastika terdapat beberapa pipa paralon sebagai tempat persembunyian lobster. Selain itu, pastikan kolam dan pipa paralon dibersihkan secara teratur. Pemberian suplemen pada air kolam secara teratur juga diperlukan untuk menjaga kesehatan dan mendukung pertumbuhan lobster. Tips lobster air tawar bisa hidup dalam waktu yang lama, Anda harus menggunakan filter kolam yang baik dan menggantinya secara berkala. 8. Jenis dan Cara Pemberian Pakan Lobster Air Tawar Supaya pertumbuhan lobster air tawar maksimal, maka pakan yang diberikan ke lobster sebaiknya yang bernutrisi tinggi. Ada tiga jenis nutrisi yang bisa diberikan ke lobster, yaitu Yang pertama, lobster air tawar bisa diberikan pakan alami seperti cacing, jentik nyamuk, kutu air, cacing tanah dan cacing sutera. Jenis pakan yang kedua adalah pakan yang diracik oleh pembudidaya. Pakan racikan ini berupa campuran yang terbuat dari tepung udang, tepung ikan, kacang hijau, keong mas, dan sayuran seperti toge dan wortel. Jenis pakan yang ketiga adalah pakan lobster yang dijual di toko-toko seperti pelet. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya di atas, pemberian pakan sebaiknya 3 persen dari berat lobster. Pakan sejumlah tersebut kemudian dibagi menjadi dua bagian, yakni untuk makan pada pagi hari dan sore hari. Perbandingan jumlah makan pagi dan sore hari adalah 13. Jumlah pakan pada sore hari lebih banyak karena rentang waktu dari sore hingga kembali pagi lebih lama. Keesokan harinya, sisa pakan tersebut sebaiknya dibuang saja, sehingga tidak mengotori kolam. 2. Masa Panen Lobster Air Tawar Untuk membesarkan benih-benih lobster, diperlukan waktu sekitar 6 sampai 8 bulan. Setelah berusia itu, lobster tumbuh menjadi lobster dewasa. Apabila berat lobster sudah mencapai 100 gram, maka lobster untuk konsumsi tersebut siap untuk dipanen. Lain halnya jika Anda berminat untuk memanen benih lobster untuk diperjualbelikan kembali. Memanen bibit lobster hanya memakan waktu sekitar 20 hari sejak telur yang sudah menetas menjadi benur lepas dan dipisahkan dari indukannya. Biasanya ukuran benur yang sudah bisa dipanen saat ukurannya antara 1 sampai 1 cm. Itulah langkah mudah untuk melakukan budidaya lobster air tawar Anda sendiri. Pastikan supaya Anda selalu menjaga kondisi kolam supaya lobster bisa terus tumbuh sehat dan tidak sakit. Semoga artikel ini bisa bermanfaat untuk Anda. Apakah Anda memiliki rencana untuk pindah rumah? Cek video yang informatif berikut ini untuk mengetahui tips pindah rumah agar berjalan lancar! Hanya yang percaya Anda semua bisa punya rumah Tanya Tanya ambil keputusan dengan percaya diri bersama para pakar kami
cara mengetahui lobster bertelur